DETIKBABEL.COM, BANGKA — Polemik aktivitas penambangan biji timah di kawasan Kepala Burung, Desa Bukit Layang, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka, kembali memanas. Setelah sebelumnya mencuat kabar dugaan keterlibatan seorang oknum aparat berinisial RZ dalam pengamanan pasir timah puluhan kilogram, kini penambang yang bekerja di lokasi tersebut angkat bicara dan memberikan klarifikasi versi mereka. Minggu (21/12/2025)
Seorang penambang berinisial PT menegaskan bahwa RZ sama sekali tidak terlibat, baik dalam aktivitas penambangan maupun dalam peristiwa diamankannya pasir timah sebagaimana kabar yang beredar di publik.
Menurut PT, pada hari kejadian mereka bekerja menggunakan mesin milik RZ, namun tanpa sepengetahuan pemilik mesin tersebut.
Bahkan sejak pagi hari, kata PT, tidak ada komunikasi maupun pemberitahuan kepada RZ bahwa mesin itu akan digunakan untuk menambang.
“Kami bekerja meminjam mesin RZ, tapi beliau tidak tahu sama sekali. Dari pagi kami tidak memberi tahu RZ akan bekerja,” ujar PT kepada awak media.
PT mengungkapkan, sekitar pukul 10.00 WIB, sejumlah panitia dari CV yang sebelumnya jarang berinteraksi dengan para penambang tiba-tiba mendatanginya.
Kedatangan mereka, menurut PT, disertai pernyataan yang terkesan memberi sinyal tertentu.
“Mereka bilang, ‘aman bang, hari ini kami yang jaga’. Waktu itu saya bingung, seakan ada maksud tertentu,” katanya.
Aktivitas penambangan berlanjut hingga sore hari. Namun situasi berubah ketika sekitar pukul 16.00 WIB, panitia CV kembali mendatangi lokasi camp penambang dan menanyakan kepemilikan pasir timah yang telah dikumpulkan.
“Mereka bertanya, ‘ini timah siapa?’ Saya jawab itu timah kami. Tapi kami tidak sempat menjelaskan lebih lanjut, pasir timah itu langsung dibawa oleh panitia tersebut,” ungkap PT.
Merasa tidak enak dan khawatir akan dampak dari kejadian tersebut, PT baru kemudian menghubungi RZ untuk memberitahukan apa yang terjadi.
Respons RZ, kata PT, justru menunjukkan bahwa yang bersangkutan benar-benar tidak mengetahui aktivitas tersebut.
“Saya malah dimarahi RZ, kenapa ada masalah dan kenapa bekerja tidak memberi tahu. Intinya, RZ sama sekali tidak tahu. Jangankan memberi instruksi atau terlibat, kami bekerja saja beliau tidak tahu,” tegas PT.
Pasca kejadian itu, PT dan rekan-rekannya mengaku telah berupaya menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk menanyakan kejelasan status pasir timah yang diambil. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
“Kami bingung harus menemui siapa. Tidak ada kejelasan. Sekarang kami juga tidak bekerja lagi di lokasi itu,” katanya.
Padahal, lanjut PT, aktivitas penambangan di kawasan Kepala Burung merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian bagi dirinya dan sejumlah rekan kerja lainnya.
“Tambang itu jadi tumpuan hidup kami. Dari situ kami menghidupi keluarga, menyekolahkan anak-anak. Sekarang kami kehilangan pekerjaan tanpa kejelasan,” ujarnya dengan nada kecewa.
Polemik ini kembali menyorot kompleksitas persoalan tambang timah di Bangka Belitung, khususnya di kawasan-kawasan rawan konflik kepentingan antara penambang, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Di tengah isu dugaan keterlibatan aparat, klarifikasi dari para penambang menjadi penting agar persoalan ini tidak berkembang menjadi stigma sepihak yang berpotensi merugikan banyak pihak. (KBO Babel)







