NELAYAN TEMBELOK–KERANGGAN: NEGARA TAK DATANG, PONTON YANG MUNCUL

Advertisements
Advertisements

Investigasi 2–6 Desember 2025, Pesisir Bangka Barat

 

Oleh: Belva Al Akhab dan Tim

 

DETIKBABEL.COM, MENTOK, BANGKA BARAT — Ratusan ponton tambang ilegal kembali memenuhi perairan Tembelok–Keranggan, Sabtu (06/12/2025), hanya sehari setelah penertiban dilakukan aparat di Batu Rakit. Di tengah peringatan resmi BMKG soal banjir pesisir dan gelombang 1,25–2,5 meter, aktivitas tambang justru meningkat. Laut yang seharusnya steril demi keselamatan pelayaran dan nelayan, berubah menjadi “zona operasional” para penambang.

“Kalau begini terus, kapal bisa karam. Apa tunggu kejadian dulu baru negara turun?” keluh seorang ABK Feri Tanjung Kelian, 2 Desember 2025.

Peringatan itu bukan retorika. Jalur vital Tanjung Kelian–Sumatera dipenuhi ponton yang bergerak tanpa aturan, memaksa kapal feri mengubah haluan dalam kondisi laut yang sedang memburuk.

Pada 4 Desember, tim gabungan memasang spanduk penertiban dan menggeser beberapa ponton di Batu Rakit. Keesokan harinya, 5 Desember, jumlah ponton malah meningkat berpindah lokasi dan berkumpul lebih padat di Tembelok–Keranggan.

Pola ini konsisten dengan temuan akademik:

UBB (Muzakir dkk., 2022): Pelaku memiliki “sistem peringatan dini”, bergerak sebelum dan sesaat setelah razia.

ICEL & Tirto (2022): Jaringan tambang ilegal memakai mata-mata, drone, dan penjaga informal.

Hasilnya: aparat bergerak, namun para penambang bergerak lebih cepat—dan lebih lihai.

Kronologi: 2–5 Desember 2025

02 Des: Ponton muncul di jalur feri; BMKG keluarkan peringatan gelombang.

 

03 Des: Jumlah ponton meningkat; nelayan kesulitan keluar-masuk muara.

 

04 Des (pagi): Razia di Batu Rakit; ponton digeser.

 

04 Des (malam): Aktivitas tambang bergeser ke Tembelok.

 

05 Des (pagi): Ponton kembali ratusan unit; tambang beroperasi.

 

05 Des (siang): Bukti dikirim ke Kapolres; respons “akan ditindaklanjuti kembali.”

 

05 Des (sore): Aktivitas tambang tidak berhenti hingga matahari terbenam.

 

Empat Krisi yang Mencengkeram Pesisir Bangka Barat:

1. Krisis Keselamatan Pelayaran

BRIN (2021) memperingatkan sedimentasi akibat tambang menyebabkan perubahan kontur dasar laut. Dalam kondisi gelombang tinggi, penyimpangan sedikit dapat memicu kecelakaan fatal. Jalur feri yang seharusnya steril kini berubah menjadi “lorong maut”.

 

2. Krisis Ekologi–Perikanan

WALHI (2023), LIPI (2020), dan BRIN (2021) menegaskan dampak yang sama:

• sedimentasi masif • turunnya populasi ikan • rusaknya karang • banjir pesisir.

“Nelayan malam sedikit saja dicurigai. Ponton siang hari merusak laut, semua pura-pura tak lihat,” ujar seorang nelayan Tembelok.

 

3. Krisis Pariwisata

Batu Rakit, yang seharusnya jadi destinasi wisata, berubah menjadi “etalase ponton ilegal”. Foto-foto lapangan menunjukkan laut bukan lagi biru, tetapi dipenuhi besi, asap, dan lubang-lubang tambang.

 

4. Krisis Wibawa Negara

Presiden Prabowo berkomitmen menutup 1.000 tambang ilegal. Tetapi temuan lapangan menunjukkan:

Ponton tidak berkurang

Penertiban tanpa keberlanjutan

Operasi migrasi pemodal melampaui kecepatan aparat

Laporan warga tak mengubah keadaan

WALHI menyebut situasi seperti ini sebagai “wilayah tanpa pengelolaan”.

Tiga Ruang Pesisir dalam Ancaman Kolaps

 

Tanjung Kelian: Jalur Pelayaran

Terancam kecelakaan kapal dan manuver darurat.

Batu Rakit: Kawasan Wisata

Berganti wajah menjadi lokasi operasi tambang.

 

Tembelok–Keranggan: Ruang Hidup Nelayan

Hilang akibat sedimentasi dan kepungan ponton.

Jika tiga ruang ini runtuh, maka ekologi, ekonomi pesisir, dan sektor transportasi Bangka Barat akan patah bersamaan.

Di antara gelombang tinggi, bau solar, dan gemuruh mesin tambang, suara nelayan menjadi penutup investigasi ini:

“Kami menunggu negara datang. Tapi yang datang justru ponton.” tutup seorang nelayan dengan tangan menggenggam erat.

 

Daftar Literatur: Dokumen Cuaca & Pemerintah

BMKG – Prospek Cuaca Mingguan 2–8 Des 2025

https://www.bmkg.go.id/cuaca/prospek-cuaca-mingguan/prospek-cuaca-mingguan-periode-02-08-desember-2025-curah-hujan-tinggi-di-sejumlah-wilayah-waspada-potensi-dampak-di-daerah-rawan

 

BMKG Babel – Gelombang 1,25–2,5 meter

https://babel.antaranews.com/berita/461166/bmkg-waspada-gelombang-tinggi-kisaran-125-250-meter-di-perairan-babel-senin-ini

 

Ekologi dan Bencana Pesisir

WALHI (2023) – Dampak Tambang Timah di Pesisir Barat Bangka

https://walhi.or.id

 

BRIN (2021) – Sedimentasi Tambang dan Ekosistem Laut

https://brin.go.id

 

LIPI (2020) – Konflik Ruang dan Ekosistem Pesisir

https://lipi.go.id

 

Pusat Studi Kemaritiman UGM (2023)

https://maritim.ugm.ac.id

 

Tambang Ilegal dan Penegakan

UBB (Muzakir dkk., 2022) – Dinamika Penertiban Tambang Ilegal

https://repository.ubb.ac.id

 

ICEL & Tirto (2022) – Sistem komunikasi tambang ilegal

https://icel.or.id

 

Satpolair Bangka Barat Tangkap 7 Ponton Liar

https://www.antaranews.com/berita/4951269/satpolair-bangka-barat-tangkap-tujuh-ponton-tambang-liar-bijih-timah

 

Polres Bongkar Tambang Ilegal Bangka Tengah

https://www.antaranews.com/berita/5006977/polres-bangka-tengah-kerahkan-alat-berat-bongkar-tambang-ilegal

 

Pernyataan Presiden soal Tambang Ilegal

https://www.antaranews.com/berita/5140973/prabowo-tutup-1000-tambang-timah-ilegal-di-bangka-belitung