DETIKBABEL.COM, BANGKA – Jurnalistik adalah ilmu dan proses pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan penyebaran informasi (berita, fakta, opini) yang relevan kepada publik melalui berbagai media untuk kepentingan masyarakat luas, dengan tujuan memberikan informasi yang akurat, objektif, dan bermanfaat.
“Proses ini melibatkan tahapan mulai dari mengumpulkan bahan berita hingga penyajiannya secara cepat dan luas, baik melalui media cetak, radio, televisi, maupun platform digital,” kata CEO media online The Journal Indonesia, Ryan Augusta Prakasa saat menjadi pemateri bagi pelajar SMAS Setia Budi, Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (26/9/2025) di gedung sekolah setempat, Sungailiat.
Perkembangan jurnalistik modern saat ini menurut Ryan tentunya tak luput peran perkembangan teknologi hingga jurnalis pun mesti menyesuiaikan diri untuk masuk ke dalam era digitalisasi.
Lanjutnya, jurnalistik di era digital adalah praktik peliputan dan distribusi berita melalui platform digital seperti situs web, media sosial, dan aplikasi, yang memungkinkan penyebaran informasi secara instan dan interaktif kepada audiens global.
“Era ini memberikan peluang baru bagi jurnalis untuk menjadi content creator, fact-checker, atau spesialis data, namun juga menghadirkan tantangan dalam memverifikasi informasi, melawan hoaks, dan menyesuaikan diri dengan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI – red),” terang Ryan.
Terkait berita hoax meliputi kecepatan penyebaran informasi yang memicu tekanan untuk verifikasi fakta yang tidak memadai, persaingan bisnis yang mendorong sensasionalisme daripada akurasi, serta kesulitan memilah dan memverifikasi informasi yang beredar luas di media sosial.
Oleh karenanya menurut Ryan, tantangan yang terberat bagi jurnalis di era digitalisasi ini yakni melawan berita hoax dengan cara selalu memverifikasi informasi atau data yang diterima dengan cermat.
Dengan adanya kondisi tersebut menurutnya menuntut jurnalis untuk meningkatkan keterampilan verifikasi data, menjaga etika jurnalistik, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun literasi media masyarakat.
“Tantangan jurnalis di era digitalisasi yakni melawan hoax!,” tegasnya di hadapan pelajar.
Meski begitu Ryan pun mengingatkan kepada para pelajar SMAS Setia Budi Sungailiat yang mengikuti kegiatan pelatihan hari itu dengan tema ‘Jurnalistik & Pengembangan Informasi’ jika memang berkeinginan menekuni dunia jurnalistik diharapkanya selalu mempedomani rumus 5 W + 1 H.
“Rumus 5W+1H sangat penting dalam berita karena berfungsi sebagai panduan untuk memastikan semua informasi kunci tercakup, sehingga menghasilkan berita yang komprehensif dan mudah dipahami pembaca,” jelas Ryan.
Sambungnya lagi, Unsur-unsur 5W + 1H ini terdiri dari What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan), Where (Di mana), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana), yang dikenal juga dengan singkatan ADIKSIMBA dalam Bahasa Indonesia.
“Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini (rumus 5W + 1H — red) jurnalis atau penulis berita dapat menyajikan informasi yang utuh dan mendalam tentang suatu peristiwa,” pungkasnya.
Dalam kegiatan ini, Ryan pun tak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak Kepala sekolah, Johan, SE dan Bryan Novanza, S.Pd selaku ketua pelaksana termasuk para guru-guru di sekolah setempat yang telah memberi ruang baginya untuk berbagi ilmu dan wawasan seputar dunia jurnalistik.
“Semoga memberikan manfaat bagi mereka (para pelajar – red), saya berharap di antara siswa itu ke depannya ada meneruskan bakti kami sebagai jurnalis,” harapnya. (KBO Babel)