Opini Oleh Muhamad Zen
JIKA di London, Inggris ada Ikon terkenal di dunia yaitu Jembatan Menara atau Tower Bridge yang bisa buka tutup dan bisa dilintasi kapal pesiar di atas sungai Theme, maka di Indonesia jembatan seperti itu juga ada yaitu Jembatan EMAS yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diberi nama jembatan EMAS bukan karena jembatan tersebut terbuat dari emas, melainkan dari singkatan nama dari mantan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Eko Maulana Ali Suroso (EMAS).
Jembatan EMAS yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini satu-satunya jembatan di Asia Tenggara yang menggunakan sistem Cable Stayed With Bascule dengan panjang 785 meter dan lebar 23 meter ini membentang di atas aliran sungai Pangkalbalam yang menghubungkan daerah pinggiran (Ketapang) Kota Pangkalpinang dengan Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka yang kini diklaim menjadi salah satu Ikon wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Jembatan EMAS kini menjadi salah satu tujuan wisata baik bagi masyarakat lokal maupun luar kota, selain pemandangan yang masih asri tempat ini cocok untuk orang yang ingin istirahat melepaskan penat setelah melakukan aktivitas dan rutinitas sehari-hari. Terlebih saat malam hari suasana Jembatan makin indah dengan gemerlap cahaya lampu hias yang terpasang di Jembatan.
Namun dari pesona yang terlihat di Jembatan EMAS kebanggaan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini juga menghadirkan tragedi yang berdampak pada perekonomian masyarakat pulau Bangka khususnya dan Pulau Belitung pada umumnya, sebab jika Jembatan EMAS ini mengalami kerusakan pada saat posisi Jembatan tertutup maka akses keluar masuk kapal akan terganggu dan pastinya ini akan menjadi sebuah tragedi yang akan merugikan banyak pihak seperti perusahaan jasa angkutan laut dan expedisi, terlebih lagi akan berdampak pada perekonomian pulau Bangka, sebab Jembatan ini satu-satunya akses bagi kapal bermuatan sembako dan kebutuhan lainnya untuk keluar dan masuk ke pelabuhan Pangkalbalam karena pelabuhan Pangkalbalam sendiri adalah gerbang utama perekonomian di pulau Bangka.
Gagasan Besar, Tantangan Dan Political Will Penyelenggara Pemerintahan (Perspektif Efektivitas Jembatan EMAS Dan Kemampuan Pelabuhan)
Pelabuhan Pangkalbalam sebagai penyalur 85% kebutuhan primer dan sekunder di pulau Bangka sangat bergantung pada kondisi Jembatan EMAS yang tidak boleh bermasalah dalam pengoperasiannya. Sejak diresmikan, Jembatan EMAS beberapa kali mengalami kerusakan yang terkendala pada sistem hidrauliknya, yang pada saat jembatan posisi turun atau tertutup dan pada saat proses naik itu tidak bisa terbuka tentunya hal ini menyebabkan lalu lintas kapal menjadi terganggu yang pastinya akan berdampak pada perekonomian daerah.
Jembatan EMAS yang dibangun pada tahun 2010 silam dan mulai di operasikan pada tahun 2017 yang diresmikan oleh Presiden Jokowi ini, dalam pembangunannya menggunakan APBD sebesar Rp 433 Milyar yang dalam pengoperasiannya menjadi tanggungjawab Dinas PUPR Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bahkan dana perawatan Jembatan ini tidak lah murah yaitu sebesar 1,5 Milyar per tahun yang meliputi biaya operasional pegawai, BBM dan listrik.
Periode kepemimpinan Walikota Visioner alm Zulkarnaen Karim telah memunculkan idenya dalam mengatasi persoalan ketidakstabilan harga sembako dengan sebuah ide besar yakni Water From City sungguh sebuah visi besar yang seharusnya mendapatkan atensi dari penyelenggara pemerintah daerah dan pusat. Entah sebuah strategi atau sebuah perencanaan, visi besar tersebut diinterpretasikan oleh alm Eko Maulana Ali yang kala itu sebagai Gubernur dengan membuat jembatan dengan sistem buka tutup.
Pelabuhan Pangkalbalam dengan karakteristik alurnya yang sempit dan dipengaruhi dua kali pasang surut dalam 24 jam mengharuskan proses buka tutup Jembatan EMAS harus senantiasa prima. Di titik inilah bermula terjadinya masalah dengan keluar masuknya barang dan jasa ke ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pangkalpinang). Bukan hanya sembako dan kebutuhan pokok lainnya bahkan kapal tanker pengangkut BBM pun sangat bergantung pada primanya buka tutup Jembatan EMAS.
Rasanya sangat dibutuhkan adanya rencana lain yang dapat menjawab permasalahan besar ini. Mencari tempat untuk membangun pelabuhan baru adalah sebuah keharusan dan hal ini harus mendapatkan dukungan semua pihak. Jika boleh berandai-andai uang 300T kasus Korupsi tata niaga timah dapat dikembalikan ke Provinsi Bangka Belitung maka dengan mudahnya kita dapat membangun 10 pelabuhan besar di Bangka Belitung.
Potret hari ini, beban pemeliharaan Jembatan EMAS sistem buka tutup ini semakin hari semakin membesar, ketersediaan sembako dan bahan pokok lainnya juga akan menurun yang dengan sendirinya mendongkrak naiknya harga.
Ditengah ekosistem yang sengkarut penuh dengan praktek-praktek korupsi diharapkan nanti jika ada proyek strategis nasional berupa pembangunan pelabuhan baru maka harus ada pengawalan dari awal oleh KPK.
Mari membuat karya kecil dengan hati yang besar dan bukan sebaliknya.
Penulis
Muhamad Zen
Aktivis Muda Bangka Belitung yang aktif di dunia jurnalistik, pernah bekerja di sejumlah perusahaan media nasional cetak maupun media online.
Zen juga sering menulis opini, sesekali pria kelahiran lubuk besar 12 Mei 1980 ini juga berceloteh soal politik lokal dan kritik sosial.
Catatan Redaksi :
————————————
Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan atau keberatan dalam penyajian artikel, opini atau pun pemberitaan tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan atau berita berisi sanggahan atau koreksi kepada redaksi media kami, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (11) dan ayat (12) undang-undang No 40 tahun 1999 tentang Pers.
Berita dan atau opini tersebut dapat dikirimkan ke Redaksi media kami seperti yang tertera di box Redaksi.