DETIKBABEL.COM, Jakarta – Optimisme terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia kian menguat. Perusahaan pengembangan tenaga nuklir asal Rusia, Rosatom, menilai bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk segera memasuki era energi nuklir, didukung komitmen pemerintah yang semakin tegas dalam memasukkan nuklir ke dalam agenda strategis nasional. Jum’at (21/11/2025).
Wakil Direktur Jenderal Solusi Energi Terapung Rosatom Mechanical Engineering LLC, Vladimir Aptekarev, menyatakan bahwa peluang Indonesia memiliki PLTN dalam waktu dekat sangat terbuka lebar. Menurutnya, peluncuran Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah tidak lagi ragu mengadopsi teknologi nuklir sebagai bagian dari bauran energi masa depan.
“Pada dasarnya hal itu mungkin, Indonesia punya pembangkit nuklir dalam waktu dekat. Itu tergantung pada jenis sumber daya yang akan diputuskan Indonesia untuk dikembangkan,” kata Aptekarev dalam acara Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia di Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Dalam RUPTL terbaru, Indonesia berencana membangun dua unit PLTN dengan kapasitas masing-masing 2×250 MW. Rencana ini menjadi tonggak penting yang menunjukkan kesiapan Indonesia untuk beralih dari dominasi energi fosil menuju energi berkelanjutan berbasis teknologi tinggi.
Aptekarev juga menegaskan bahwa Rosatom siap memberikan dukungan penuh jika Indonesia benar-benar memasuki fase pembangunan PLTN. Bentuk kolaborasi yang ditawarkan meliputi penyusunan feasibility study (FS), pembangunan fisik, hingga riset dan pengembangan teknologi. Rusia, melalui Rosatom, memiliki puluhan tahun pengalaman dalam membangun dan mengoperasikan PLTN di berbagai negara, sehingga dinilai mampu menjadi mitra strategis.
Meski demikian, Aptekarev mengingatkan bahwa keberhasilan pembangunan PLTN tidak hanya ditentukan oleh investasi dan teknologi. Kepastian regulasi, dukungan politik, serta kepercayaan publik menjadi aspek penting untuk memastikan proyek berjalan tanpa hambatan.
“Kami siap membantu mengembangkan sejak awal, sejak negara ini memutuskan untuk menggunakan nuklir,” ujarnya.
Optimisme ini semakin diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 15 September 2025. Dalam aturan tersebut, Indonesia menargetkan penurunan porsi batu bara menjadi hanya 7,8% hingga 11% pada tahun 2060.
Sebagai pengganti, energi nuklir mulai mendapat porsi signifikan dalam bauran energi nasional. Pada 2032, nuklir ditargetkan menyumbang 0,4% hingga 0,5%. Angka ini terus meningkat pada tahun 2040 menjadi 2,8% hingga 3,4%, dan pada 2060 mencapai 11,7% hingga 12,1%.
Dengan ketegasan regulasi, arah kebijakan energi yang semakin jelas, serta minat investor global seperti Rosatom, peluang Indonesia memiliki PLTN pertama dalam sejarah tampaknya tinggal menunggu momentum final. Jika terealisasi, Indonesia akan bergabung dengan deretan negara yang memanfaatkan energi nuklir sebagai tulang punggung ketahanan energi jangka panjang. (KBO Babel)











