Dari Bangka hingga Pangkalpinang: Ketika Akar Beringin Dibuang, Penumpang Malah Dielu-Elukan

DETIKBABEL.COM, Oleh: Muhamad Zen Wartawan, alumni Universitas Gunung Maras, Fakultas Ilmu Politik Perkeliruan.

Ada yang sedang berguncang di bawah rindangnya pohon beringin. Bukan angin ribut, tapi desah kecewa dari para kader yang merasa ditinggal saat musim Pilkada datang.

Di Kabupaten Bangka, suara kader Partai Golkar pecah. Bukan karena konser dangdut, tapi karena keputusan yang bikin dahi mengerut: rekomendasi B1-KWK untuk duet Rato-Ramadian—yang satunya eks PDIP, pernah tumbang di tangan kotak kosong.

Kader loyal yang selama ini setia menanam, menyiram, bahkan berteduh di bawah beringin, kini justru disuruh minggir karena datangnya “penumpang gelap” yang ujug-ujug duduk di kursi pengemudi.

Tapi tunggu dulu. Ternyata “angin kecewa” ini tidak hanya berhembus di Bangka. Di Kota Pangkalpinang, pohon beringin juga sedang meranggas. Kadernya mulai bertanya-tanya, kenapa rekomendasi partai mereka justru bukan untuk nama-nama yang selama ini berkeringat memanggul spanduk partai, tapi malah untuk wajah yang entah dari mana datangnya?

 

Pilkada atau Panggung Rebutan Ojek Politik?

Dari keluhan yang muncul di warung kopi hingga bisik-bisik di grup WA internal, jelas ada pola: kader merasa dilangkahi, bahkan seperti dipecundangi oleh manuver elit partai sendiri.

Partai beringin, yang dulu kokoh karena loyalitas akar rumput, kini mulai terlihat seperti ojek online yang menerima siapa saja yang bisa kasih bintang lima… atau isi bensin lebih banyak.

Kader yang puluhan tahun jadi sopir truk partai, tiba-tiba disalip oleh penumpang yang baru naik kemarin sore. Tak heran jika beberapa mulai berpikir: apakah beringin ini masih milik bersama, atau sudah jadi vila pribadi elit partai?

 

Dari Loyalis Jadi Liar?

Loyalitas itu ibarat kopi panas. Kalau terus diabaikan, dia akan dingin dan basi. Dan itulah yang kini mulai terasa: kader-kader yang dulu gagah berdiri di barisan, perlahan mundur teratur.

Bukan karena tidak cinta partai, tapi karena merasa cintanya bertepuk sebelah meja DPP.

Di Bangka, suara-suara “dari bawah” bahkan sudah sampai pada titik ultimatum: jangan jadikan partai sebagai kendaraan pribadi yang hanya dipakai saat mau berkuasa.

Sementara di Pangkalpinang, kader yang kecewa diam-diam mulai membangun komunikasi lintas jalur. Sebagian bahkan dikabarkan tengah “membaca-baca buku panduan independen”—karena mungkin, di sana mereka merasa lebih dianggap manusia.

 

Ketika Pragmatisme Merajalela, Konsolidasi Bisa Hancur

Pragmatisme politik memang menggoda. Tapi jika terlalu larut, partai bisa kehilangan jati diri.

Memilih “siapapun yang bisa menang” memang tampak cerdas, tapi melupakan kader sendiri justru bisa membuat partai amnesia sejarah. Apalah arti kemenangan tanpa penghormatan kepada akar yang menumbuhkan?

Golkar di Bangka dan Pangkalpinang kini berada di persimpangan: mau mendengar suara kader dan memperkuat loyalitas, atau tetap berjalan dengan “logika instan” yang hanya memikirkan kemenangan sesaat?

 

Catatan dari Warung Kopi 

Pilkada ini bukan hanya soal siapa yang maju, tapi juga soal siapa yang ditinggal. Dan ketika kader-kader yang selama ini setia justru dipinggirkan, maka jangan heran jika kelak suara partai akan terdengar lirih—karena yang biasa teriak sudah memilih diam.

Beringin yang kuat, bukan hanya tumbuh karena daunnya banyak. Tapi karena akarnya tertanam dalam di hati kader dan rakyat.

Jangan cabut akar demi bunga yang baru mekar sebentar.

Penulis: Muhamad Zen, wartawan yang kebanyakan ngopi dan pengamat politik tak resmi, alumni Universitas Gunung Maras, Fakultas Ilmu Politik Perkeliruan. Percaya bahwa dalam politik, kadang suara rakyat lebih jernih terdengar dari dalam cangkir kopi.

 

Catatan Redaksi:

————————————

Isi narasi opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan atas penyajian artikel ini, Anda dapat mengirimkan artikel atau berita sanggahan/koreksi kepada redaksi kami, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Sanggahan dapat dikirimkan melalui email atau nomor WhatsApp redaksi seperti tertera pada box Redaksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *