by

Analisis Quick Count: Prabowo-Gibran Unggul, Gerindra Tidak Sebanding

 

Jakarta – Pemilu Presiden 2024 telah menunjukkan hasil awal yang menarik melalui quick count sejumlah lembaga, di mana pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendominasi perolehan suara dengan persentase yang cukup tinggi. Menurut quick count Litbang Kompas per Kamis (15/2/2024), pasangan ini unggul dengan 58,47 persen suara, sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di urutan kedua dengan 25,32 persen, dan pasangan Gajar Pranowo-Mahfud MD di urutan ketiga dengan 16,21 persen suara. Sabtu (16/2/2024).

Namun, yang menarik dari hasil ini adalah perbedaan signifikan antara perolehan suara Prabowo-Gibran dan Partai Gerindra, partai yang dipimpin oleh Prabowo.

Menurut quick count yang sama, Gerindra hanya mendulang 13,54 persen suara, sehingga menempatkannya di urutan ketiga dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2024, di bawah PDI Perjuangan dan Partai Golkar.

Peneliti Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko, memberikan penjelasan menarik terkait fenomena ini. Pertama, tingginya perolehan suara Prabowo-Gibran disebabkan oleh basis massa yang besar dan loyal terhadap Prabowo.

Dengan sejarahnya sebagai capres pada Pemilu 2014 dan 2019, Prabowo telah membangun basis massa yang sangat aktif dan terkadang terkesan fanatis. Hal ini diperkuat dengan banyaknya massa pendukung Gibran, yang diasosiasikan dengan sang ayah, Presiden Joko Widodo.

Selain itu, kampanye Prabowo-Gibran juga didukung oleh taktik politik yang cerdas, seperti melibatkan figur-figur terkemuka, termasuk Presiden Jokowi, meskipun secara tidak langsung.

Gabungan dari basis massa yang besar dan dukungan dari figur-figur terkemuka ini menciptakan kekuatan politik yang sulit untuk digoyahkan.

Di sisi lain, perolehan suara Gerindra yang tidak sebanding dengan kesuksesan Prabowo-Gibran diduga berkaitan dengan faktor ideologi partai.

Totok, demikian sapaan akrab Vincentius, menjelaskan bahwa pemilih partai politik biasanya memilih berdasarkan alasan ideologi atau kesamaan pandangan.

Namun, secara ideologis, Gerindra mungkin sudah tidak terlalu menarik bagi sebagian pemilih.

Hal ini dapat dilihat dari naiknya perolehan suara Partai Golkar dalam quick count, yang menunjukkan bahwa pemilih partai nasionalis lebih banyak memilih Golkar ketimbang Gerindra.

Faktor kampanye yang lebih masif dan efektif dari Golkar juga dapat menjadi alasan mengapa partai ini lebih diminati oleh pemilih.

Secara keseluruhan, hasil quick count ini memberikan gambaran awal yang menarik tentang dinamika politik di Indonesia.

Perolehan suara yang tinggi bagi Prabowo-Gibran menunjukkan kekuatan politik mereka, sementara perolehan suara Gerindra yang tidak begitu menggembirakan menunjukkan bahwa faktor ideologi masih memainkan peran penting dalam pemilihan partai politik. (Sumber : Kompas, Editor : Detik Babel)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed