by

Abah Syarif : Putra Putri Veteran RI Jangan Takut Dengan Preman!

  1. Abah Syarif : Putra Putri Veteran RI Jangan Takut Dengan Preman!
  2. Anak Dan Keturunan Veteran RI Harus Berjiwa Patriot Berani Untuk Kebenaran
  3. Pesan Sesepuh Banten, Putra Putri Veteran RI Wajib Jaga Keutuhan NKRI
  4. Abah Syarif : Kita Harus Bangga Miliki Seragam PDLT Loreng Kemba

detikbabel.com,BANTEN – Pemuda Panca Marga (PPM) merupakan organisasi wadah perkumpulan para putra-putri maupun keturunan para veteran pejuang kemerdekaan RI, dan lahirnya organisasi ini pun memiliki sejarah yang tak kalah penting hingga sampai saat ini organisasi PPM tetap terus menunjukan kiprahnya sebagai organisasi yang terus menjaga keutuhan NKRI tercinta ini.

Awal berdirinya organisasi PPM menurut pria bernama H Syarif Abdullah salah satu tokoh pendiri PPM di Indonesia ini atau kerap disapa dengan sebutan Abah, menurutnya awal lahirnya organisasi PPM melalui proses yang relatif panjang.

Seiring berjalan waktu tepatnya tanggal 21 Oktober 1966 sekelompok pemuda di Sumatera Utara awalnya mendirikan organisasi putra-putri veteran RI yang diberi nama Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia atau disingkat KVRI.

“Nah dari KVRI inilah cikal bakal lahirnya organisasi Pemuda Panca Marga (PPM — red),” ungkap Abah Syarif saat ditemui tim media jejaring KBO Babel di Markas Corp Resimen Yudha Putra Samber Nyowo, di lingkungan Bojong Kamal, Kecamatan Legok, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, beberapa hari lalu Kamis malam (27/5/2022).

Kemudian, pada tanggal 27 April 1971 di Bali terbentuklah organisasi serupa namun diberi nama Putra Putri Veteran RI dengan Nama P3M (Persatuan Pemuda Panca Marga LVRI).

Selanjutnya pada bulan Desember 1978 digelarlah kegiatan Kongres Veteran ke-IV yang membahas eksistensi PPM ke depan. Lalu dalam kongres tersebut akhirnya menghasilkan dua hal terpenting : Poin pertama, dinyatakan PPM sebagai anak organisasi LVRI yang dikuatkan oleh KEPRES RI No 254 TH 1980.
Poin kedua, di dalam Kepengurusan Pimpinan Pusat LVRI telah terdapat penjabat yang khusus Pengurus PPM yaitu pembantu umum bidang pembinaan generasi muda PP LVRI.

Pada bulan Mei tahun 1979, Pembinaan Generasi Muda LVRI se-Indonesia mengadakan Rapat Kerja (Raker) di Jakarta. Kegiatan Raker ini membahas seputar tentang Pembentukan Pimpinan Pusat PPM LVRI.

“Lalu pada tanggal 20 Januari 1981 diadakan Rapat Kerja Paripurna PPM se-Indonesia yang dihadiri oleh daerah-daerah yang sudah terbentuk Pengurus PPM LVRI yang terdiri dari : DKI Jaya, Yogyakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumatera Utara, Sumsel, Lampung , Kalsel dan Bali.

Tak sampai di situ, lalu pada waktu berikutnya digelar kembali Rapat Kerja Paripurna Nasional yang diadakan pada tanggal 27 Jan 1981, secara nasional dengan satu pimpinan pusat sementara.

Rapat kali ini pun akhirnya berhasil melahirkan seperangkat keputusan tentang organisasi PPM. Selain itu dalam raker ini pun berhasil terbentuknya Dewan Pimpinan Harian PPM LVRI dari eselon Pusat sehingga pada tanggal 22 Januari 1981 diperingati sebagai hari lahir PPM LVRI.

Seiring terbentuknya PPM LVRI menurut Abah pada tahun 1981 – 1986 maka dibentuk pula pasukan resimen dengan nama Brigade 5 Sarbini (kini menjadi Resimen Yudha Putra).

Sebagai perintis lahirnya organisasi PPM di Indonesia, Abah Syarif meyakini jika putra-putri maupun keturunan para pejuang kemerdekaan RI patut berbangga lantaran organisasi PPM memiliki seragam loreng tersendiri yang khusus digunakan sebagai seragam pakaian dinas lapangan tempur (PDLT) anggota Resimen Yudha Putra PPM.

“Seragam loreng PDLT PPM melambangkan kematian. Jadi makna loreng ini sangat sakral,” kata Abah Syarif.

Ia menambahkan asal muasal seragam loreng Pakaian Dinas Lapangan Tempur (PDLT) PPM tersebut yakni merupakan ide atau gagasan dari mantan jenderal TNI AD Sarwo Edhi Wibowo (mantan Ketum PPM).

Dijelaskanya, pada seragam loreng PDLT PPM (seragam tempur) terdapat tiga warna yakni coklat muda (krem), hijau tua dan hitam atau layaknya warna kembang Telon. Dari masing-masing warna tersebut memiliki makna tersendiri. Warna krem melambangkan para legiun veteran pejuang kemerdekaan RI, dan warna hijau tua melambangkan putra-putri pejuang.

“Sementara warna hitam ini melambangkan makna kematian. Artinya putra-putri atau pun keturunan pejuang RI siap mempertaruhkan jiwa raga demi bangsa dan negara tercinta dan menjaga keutuhan NKRI,” terangnya.

Ia menambahkan awal mula seragam loreng PPM yang juga dikenal dengan sebutan loreng ‘Kembang Telon’ atau loreng kematian ini tak lain merupakan ide atau ciptaan dari seorang mantan jenderal TNI AD prajurit Kopasus yakni Sarwo Edi.

Meski begitu ditegaskanya, tak semua putra-putri maupun keturunan pejuang kemerdekaan RI dapat menggunakan seragam loreng PPM (Resimen Yudha Putra) selain telah mengikuti kegiatan latihan dasar militer atau Latsarmil.

“Jadi yang diperbolehkan menggunakan seragam loreng PPM yakni hanya bagi yang telah mengikuti Latsarmil,” tegasnya.

Lanjutnya, setiap putra-putri maupun para keturunan pejuang kemerdekaan RI wajib menjaga marwah para para pahlawan atau leluhur yang telah rela mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan RI tercinta.

Selain itu ditegaskanya setiap putra-putri maupun keturunan pejuang kemerdekaan RI haruslsh berjiwa pemberani untuk kebenaran tanpa gentar menghadapi berbagai hambatan atau kendala yang menghadang.

“Apalagi kalau ada preman yang coba mengganggu ya jangan takut tapi dilawan. Anak-anak PPM harus berani,” tegasnya.

Tak hanya itu Abah pun berpesan agar para anak veteran maupun keturunan veterangan perjuangan kemerdekaan RI mestilah dapat menjaga sikap dan perilaku/mental yang baik serta berjiwa patriotisme berani membela kebenaran. (KBO Babel)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed