DETIKBABEL.COM, Mentok, Bangka Barat — Pagi itu, Lapangan Kota Mentok seperti bertransformasi menjadi panggung besar tempat masa depan diperkenalkan. Langit masih teduh, angin lembut berhembus, dan cahaya matahari merayap pelan di sela-sela bendera kecil berlogo QRIS yang berkibar.
Sejak pukul tujuh pagi, warga mulai berdatangan. Ada yang mengenakan pakaian olahraga, ada yang rapi membawa map berisi dokumen, dan ada pula yang sekadar ingin melihat-lihat. Tenda-tenda berwarna biru putih berjajar rapi, masing-masing menampilkan pelayanan publik dan produk lokal. Namun yang membedakan hari itu dari acara serupa sebelumnya adalah satu hal: hampir semua transaksi dilakukan tanpa uang tunai.
Di meja pelayanan Bank Sumsel Babel, antrean warga mengular. Mereka mengangkat ponsel, mengarahkan kamera ke kode QR, lalu terdengar bunyi singkat “beep” pertanda transaksi sukses. Tak ada lagi koin atau uang kertas yang berpindah tangan yang berpindah justru keyakinan bahwa Bangka Barat kini melangkah lebih mantap ke era digital.
Bupati Bangka Barat, Markus, S.H., hadir dengan langkah mantap. Ia berkeliling dari satu stan ke stan lain, berbincang dengan pedagang, menyapa warga, dan sesekali menegaskan bahwa digitalisasi bukan hanya soal kemudahan membayar pajak, tetapi juga peluang untuk mengangkat perekonomian rakyat. “Kita ingin teknologi ini menjadi penggerak UMKM. Masyarakat tidak hanya membayar pajak lebih mudah, tapi juga bisa membeli produk lokal dengan cara yang sama,” ujarnya.
Pernyataan itu bukan sekadar retorika. Markus memimpin langsung pembagian paket produk UMKM kepada masyarakat secara gratis. Di dalam paket itu, ada kopi bubuk dari kebun lokal, kemplang yang harum, dan kue tradisional yang membangkitkan rasa nostalgia. “Ini bentuk dukungan kita. UMKM harus menjadi bagian dari kemajuan digital ini,” tambahnya.
Dukungan serupa datang dari Bank Sumsel Babel. Dedy Zulkarnain, Pemimpin Cabang Muntok, menjelaskan bahwa warga yang membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lewat QRIS mendapatkan voucher senilai Rp20.000. “Voucher ini bisa dibelanjakan di stan UMKM binaan kami, cukup menambah Rp1.945 saja. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat omzet tambahan, dan masyarakat semakin terbiasa bertransaksi secara digital,” ungkapnya.
Suasana di stan UMKM pun hidup. Seorang pedagang kopi menceritakan bahwa biasanya ia menjual tak lebih dari 15 gelas kopi di pagi hari. Namun hari itu, berkat voucher dan kemudahan QRIS, jumlah penjualannya naik dua kali lipat. “Nggak perlu ribet soal kembalian, semua cepat dan langsung masuk ke rekening,” katanya sambil meracik pesanan.
Selain UMKM, acara ini juga diramaikan oleh stan pelayanan kesehatan gratis dari Jasa Raharja, pasar murah pangan dari Bulog, dan pelayanan pajak kendaraan bermotor di stan SAMSAT. Semua pelayanan diarahkan untuk menggunakan metode pembayaran nontunai. Perwakilan Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan, Miwani, S.E, menjelaskan bahwa konsep acara ini memang terintegrasi. “Kami ingin Pekan QRIS Nasional ini menjadi ajang di mana masyarakat mendapatkan berbagai layanan publik sekaligus merasakan manfaat langsung transaksi digital,” ujarnya.
Hingga kini, ada 13 jenis pajak daerah di Bangka Barat yang bisa dibayar secara digital, mulai dari QRIS, mobile banking, virtual account, hingga transfer bank. Target Pemkab jelas: ke depan, semua transaksi belanja dan pembayaran di lingkungan pemerintah akan diarahkan ke sistem nontunai.
Menjelang tengah hari, sinar matahari mulai terik, tetapi keramaian belum surut. Warga masih memenuhi stan UMKM, menyeruput kopi, mencoba camilan, dan memindai QR di setiap pembelian. Mereka pulang dengan dua kebahagiaan: produk UMKM di tangan, dan pengalaman baru bahwa teknologi bisa membuat hidup lebih mudah tanpa menghilangkan sentuhan manusia.
Hari itu, Lapangan Kota Mentok bukan sekadar lokasi acara, melainkan simbol transisi. Transisi dari uang kertas ke layar ponsel, dari pasar tradisional ke pasar digital, dan dari transaksi biasa menjadi pengalaman ekonomi yang menyatukan pemerintah, perbankan, pelaku usaha, dan masyarakat dalam satu denyut yang sama.