DETIKBABEL.COM, Oleh: Yulian Andryanto, Sekretaris DPC PJS Bangka Perhelatan Pilkada ulang di Kabupaten Bangka yang diselenggarakan Agustus mendatang semakin menarik untuk dibahas.
Pada Pilkada kali ini, sederet nama-nama bakal calon kepala daerah itu telah ramai menghiasai berbagai sudut ruang informasi publik, mulai dari media sosial, hingga baliho yang berjejer di pinggiran jalan.
Selain petahana, ada banyak nama-nama baru dari beragam kalangan yang nampaknya akan bertanding di Pilkada nanti.
Sejumlah figur dengan latar belakang seperti pengusaha, birokrat, maupun pengacara, turut ambil bagiannya untuk memajukan diri sebagai bakal calon Bupati Bangka.
Tercatat, ada 10 nama yang telah digadangkan publik bakal bertarung, termasuk petahana, Mulkan.
Untuk menarik simpati masyarakat, ada banyak cara dan upaya yang dilakukan oleh kandidat Pilkada dalam memoles citra personal, hingga menderek rating elektabilitasnya.
Selain untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas, citra positif tersebut merupakan barometer survey.
Hasil survey itu nantinya bisa menjadi indikator apakah seorang kandidat layak atau tidak untuk maju ke Pilkada.
Survey itu dapat mengukur tingkat kesukaan personal dan kepercayaan publik terhadap kandidat usungan setiap partai politik.
Baik tingkat popularitas maupun elektablitas, keduanya punya relevansi berkesinambungan satu sama lainnya.
Seseorang dengan tingkat keterkenalan lebih tinggi di masyarakat, tentunya bakal memiliki peluang kans elektabilitas politik lebih besar ketimbang seseorang yang pasif.
Merujuk hal tersebut, bila bicara Pilkada ulang nanti, hasil survey untuk Pilkada di Kabupaten Bangka masih menempatkan Mulkan sebagai figur calon yang masih layak jual untuk dipilih oleh masyarakat.
Meski banyak bermunculan figur baru, namun sosok Mulkan masih bertengger di posisi tiga besar hasil survey, bahkan sekali pun dirinya sempat kalah melawan kotak kosong di Pilkada 2024 tahun kemarin, dan citra personalnya pun telah digempur habis-habisan oleh berbagai serangan politik, tapi posisinya masih stabil.
Dari simulasi survey yang menempatkannya sebagai calon bupati, Mulkan berada di posisi nomor satu dengan raihan 12,75 persen suara, menyalip Andi Kusuma di posisi kedua dengan suara 9,75 persen.
Sementara, di posisi ketiga ada mantan Sekda Provinsi Bangka Belitung, Naziarto dengan 5 persen suara.
Survey tersebut dilaksanakan pada periode 16 hingga 18 Mei 2025, dengan menyertakan 10 nama kandidat bakal calon Bupati Bangka.
Adapun responden yang menjawab tidak tahu sebesar 30,5 persen, dan menjawab rahasia sebanyak 24,75 persen. (sumber: tertutup)
Sedangkan saat Mulkan disimulasikan sebagai calon wakil Bupati Bangka, dirinya menempati urutan kedua dengan raihan suara responden sebesar 6,9 persen, dengan Budiyono berada di posisi teratas yang meraih 6,9 persen juga. Terpaut selisih tipis.
Adapun di posisi ketiga adalah Dedy Yulianto dengan raihan suara 6,5 persen.
Simulasi survey untuk calon wakil bupati itu dilaksanakan periode 15 hingga 23 Mei 2025, dengan menyertakan 26 nama figur, yang 33,8 persen responden menjawab tidak tahu. (sumber: Indikator)
Mengacu hasil survey tersebut, disimpulkan bahwa sosok Mulkan sebagai petahana tidak bisa dianggap remeh dan enteng, meski ada beberapa kalangan menyebutkan jika Pilkada 2024 lalu merupakan kuburan politik Mulkan lantaran telah kalah melawan kotak kosong.
Padahal, kekalahan Mulkan pada Pilkada tahun lalu itu terbilang rasional, jika dikomparasikan dengan perolehan suaranya pada Pilkada 2018 silam, saat dia bersama Syahbudin melawan Tarmizi-Amri Cahyadi; serta Kemas Daniel-Fadilah Sabri.
Pada Pilkada 2018, Mulkan-Syahbudin berhasil merogoh 59.334 suara, melawan Tarmizi-Amri Cahyadi: 34.706 suara; serta Kemas Daniel-Fadilah Sabri: 27.864 suara.
Artinya di Pilkada 2018 saja, sebanyak 62.570 pemilih yang tidak mencoblos Mulkan waktu itu terakumulasikan lagi suaranya di Pilkada 2024 lalu.
Hasilnya bisa dibilang sesuai prediksi, sebesar 67.000 pemilih tidak mencoblos Mulkan pada Pilkada 2024 tahun kemarin.
Sementara suara Mulkan sendiri pada Pilkada 2024 hanya turun 5,9 persen jika dibandingkan dengan perolehan di Pilkada 2018, yakni meraup 50.000 suara.
Namun, kendati demikian, meski pada Pilkada 2024 lalu gerakan kotak kosong begitu massif menolak kehadiran Mulkan, namun tetap gagal mendongkrak partisipasi pemilih untuk tidak golput, atau setidaknya mengungguli suara golput.
Faktanya dominasi pemilih golput justru kian melonjak tinggi dibandingkan dengan Pilkada 2018, yaitu dari 37 persen menjadi 47 persen pada Pilkada 2024.
Berkaca dari data tersebut, artinya kesadaran politik masyarakat untuk berpartisipasi dalam Pilkada semakin hari semakin tergerus menuju titik apatisme.
Adapun bila mengacu data partisipasi pemilih di Pilkada 2024 tersebut, mengisyaratkan jika
ceruk suara paling rasional yang dapat diraih oleh para kandidat pendatang baru itu nanti berkisar di angka 67.000 pemilih.
Menakar elektabilitas politik Mulkan yang tidak bisa dianggap sekilas lalu itu, tentu membuat kehadiran Mulkan di Pilkada ulang nanti patut dikhawatirkan menjadi lawan berat bagi musuh politiknya.
Bisa dibilang, sosok Mulkan ini, meski dinilai kontroversif, bahkan sempat disebutkan telah menemui ajal politiknya—jauh sebelum Pilkada 2024 berlangsung—ternyata masih terbilang mumpuni memberikan perlawanan sengit.
Pencapaian suaranya di Pilkada 2024 lalu itu ditaksir merosot tajam. Elektabilitasnya juga diprekdisi terperosok jatuh. Tak setangguh di Pilkada 2018.
Tapi, skeptisisme itu terbantahkan. Mulkan, nyatanya masih mampu meraih 50.000 suara pemilihnya.
Hal ini pun menandakan, Mulkan dan partainya PDIP, berpotensi jadi rival sekaligus resistensi politik yang tidak mudah ditembus oleh kubu lawan di Pilkada nanti.
Ditambah, kehadiran politisi senior Rudiyanto Tjen di barisan PDIP yang telah beberapa kali periode memenangkan Pileg DPR RI, sangat potensial menggenjot suara kader partainya di Pilkada.
Pada Pileg 2024 saja, PDIP meraup 168.406 suara, dengan suara caleg DPR RI tertinggi adalah Rudianto Tjen.
Tercatat, rekam jejak PDIP di Pilkada Bangka dari 2013 hingga 2018 pun selalu konsisten tampil menjadi pemenang Pilkada.
Hal itu pun disinyalir berkat militansi pemilih PDIP yang tidak berubah dari masa ke masa, ditambah basis kantong suara PDIP maupun Rudiyanto Tjen secara personal yang terbilang ideologis dan militan. Garis politik pemilihnya jelas; mendukung setiap calon yang diorbitkan partai.
Logika sederhananya, jika tingkat kepercayaan politik terhadap Mulkan merosot drastis, maka capaian suaranya di Pilkada 2024 kemarin akan merosot tajam. Hasil surveynya gagal tempati posisi tiga besar.
Apalagi di posisinya sebagai seorang petahana yang kerap digempur berbagai isu-isu miring, hingga gerakan massif kotak kosong yang memboikot dirinya kala itu.
Artinya, lepas dari serangan politik yang begitu gencar merusak citra personal Mulkan di mata masyarakat, tapi kepercayaan politik terhadap Mulkan masih tetap ada. Bergerak senyap dan simultan.
Mentalitas politik pemilih Mulkan bisa dibilang matang secara emosional; kebal dari beragam serangan politik yang bertujuan menjatuhkan dirinya.
Karena itu, berangkat dari data tersebut, bisa disimulasikan, seandainya Pilkada mendatang menampilkan 3 atau 4 paslon kandidat, maka Mulkan masih berpeluang besar.
Barometer politiknya sederhana: Mulkan telah mengantongi 50.000 suara konstituen hasil dari Pilkada sebelumnya.
Sementara pendatang baru, harus berjibaku meraup sisa suara 67.000 pemilih kotak yang itu pun harus terbagi-bagi antar-paslon.
Jadi bisa disimpulkan, upaya pendatang baru tidak lah mudah dalam memenangkan Pilkada ulang nanti, bil khusus melawan basis kantong konstituen Mulkan duet PDIP dengan etos dan militansi yang ideologis.
Apalagi semakin banyak paslon yang berhasrat ingin maju, tentunya membuat suara pemilih kotak kosong itu justru terbelah dan terbagi rata.