Pilkada Ulang Bangka 2025: Menakar Ulang Kepemimpinan dan Arah Baru Daerah

Oleh: [Eddy Supriadi Mantan Birokrat]

Detikbabel.com, Bangka Belitung – Pilkada ulang Kabupaten Bangka bukan sekadar pengulangan prosedural dari kontestasi yang tertunda. Ia adalah medan baru yang lebih cair, lebih terbuka, namun juga lebih keras dalam pertarungan wacana, strategi, dan legitimasi. Petahana yang sebelumnya tumbang oleh kotak kosong, kini harus bersaing dengan barisan figur kuat dari latar belakang birokrasi, politik, dan dunia usaha. Sementara itu, poros politik nasional juga bersiap memainkan peran kunci dalam konsolidasi kekuatan lokal.

Petahana dan Luka Kotak Kosong

Mulkan, Bupati petahana yang harus menerima kenyataan pahit dikalahkan oleh kotak kosong, berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, ia masih memiliki basis loyalis birokrasi dan infrastruktur politik PDIP. Namun di sisi lain, simbol kekalahan tersebut menjadi beban psikologis dan politik. Jika PDIP tetap mendukung Mulkan tanpa evaluasi substansial, partai ini berisiko kehilangan daya tawar lokal yang selama ini cukup dominan.

Kandidat dengan Rekam Jejak Birokrasi Kuat

Feri Insani, mantan Sekda Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang, serta Kepala Bappeda Provinsi Bangka Belitung, muncul sebagai kandidat dengan daya saing tinggi. Ia membawa paket teknokratik yang relevan dengan isu pembangunan strategis daerah, terutama dalam konteks sinkronisasi perencanaan pusat-daerah. Bila ia mampu menggalang dukungan dari poros tengah seperti Golkar, PAN, atau Demokrat, Feri bisa menjadi lokomotif perlawanan terhadap kekuatan lama.

Yunan, mantan Sekda dengan basis kuat di birokrasi provinsi, dapat menjadi alternatif rasional bagi pemilih yang menginginkan stabilitas tata kelola. Namun, visibilitas dan daya tarik elektoral masih menjadi tantangan yang harus ia jawab.

Poros Politik dan Fragmentasi Koalisi

PDIP masih menjadi kekuatan penting, namun elektabilitasnya sangat tergantung pada siapa yang diusung dan sejauh mana mereka merespons isu publik. Gerindra, dengan modal kemenangan nasional, bisa memanfaatkan momentum untuk membangun simpul lokal yang lebih kuat, terutama bila didukung figur populer seperti Rato, pengusaha dan Ketua Projo yang dekat dengan lingkar kekuasaan.

Golkar kemungkinan besar akan bermain aman dan oportunistik, menunggu kandidat yang menjanjikan kemenangan. Demokrat, PKB, PAN, dan PKS bisa menjadi penentu arah koalisi jika mampu menyatukan agenda politik moralitas, ekonomi kerakyatan, dan perubahan struktural.

Figur Muda dan Representasi Generasi Baru

Ramdani, legislator terpilih, serta Zamzani dari KNPI, menjadi simbol gelombang baru: pemimpin muda yang tengah naik daun. Meski secara elektoral masih butuh kerja keras, mereka bisa menjadi “dark horse” bila mampu memanfaatkan platform digital, jejaring pemuda, dan mengusung isu-isu milenial seperti ekonomi kreatif, transparansi anggaran, dan digitalisasi pelayanan publik.

Usnen, sebagai mantan anggota dewan, punya peluang memperkuat jalur politik lokal terutama jika mampu menggalang basis kultural dan menghindari jebakan politik transaksional yang masih marak.

Formulasi dan Masa Depan Politik Lokal

Formulasi kemenangan dalam Pilkada Bangka 2025 tidak hanya soal logistik dan jaringan, tapi juga kemampuan membangun koalisi ideologis dan emosional. Kandidat yang mampu meramu narasi perubahan, keterlibatan publik, serta arah pembangunan yang membumi akan unggul di tengah kejenuhan terhadap elit lama dan pragmatisme kosong.

Dinamika politik nasional pasca kemenangan Prabowo-Gibran juga memberi bayangan kuat: poros kekuasaan pusat bisa memberi efek ekor jas (coattail effect) jika figur seperti Rato atau kandidat yang dekat dengan Gerindra berhasil memanfaatkannya. Namun jika oposisi lokal terstruktur dan menyatu, hasilnya bisa berbalik.

Penutup: Politik yang Membebaskan atau Mengulang Luka Lama?

Pilkada ulang ini adalah peluang emas bagi Kabupaten Bangka untuk tidak hanya memilih pemimpin baru, tapi arah baru. Bukan hanya siapa yang menang, tapi dengan cara apa mereka menang, dan untuk siapa mereka akan bekerja.

Dalam masyarakat yang semakin cerdas dan kritis, politik tidak lagi bisa dijalankan dengan narasi lama. Yang dibutuhkan adalah pemimpin yang hadir bukan hanya di baliho, tapi dalam nadi keseharian warganya. (Red/*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed