Subjudul (Tagline):
Wartawan dan pemerhati kebijakan publik, Muhamad Zen, menilai bahwa peradaban manusia pertama kali lahir bukan dari teknologi atau tulisan, melainkan dari rasa malu — sebagaimana kisah Nabi Adam dan Hawa yang menutupi tubuhnya karena kesadaran nurani.
Penulis:
Muhamad Zen
Wartawan & Pemerhati Kebijakan Publik
Isi Artikel:
DETIKBABEL.COM, Kapan sebenarnya peradaban manusia itu dimulai?
Pertanyaan sederhana itu sering kali dijawab dengan kisah penemuan api, lahirnya bahasa, atau berdirinya kerajaan pertama. Namun, menurut saya, jawabannya justru lebih sederhana — dan lebih dalam: peradaban dimulai sejak manusia pertama kali merasa malu.
Kisah itu bermula dari sejarah paling tua tentang Nabi Adam dan Hawa. Saat keduanya diturunkan ke bumi, mereka berada dalam keadaan telanjang. Namun seiring waktu, muncul kesadaran untuk menutupi tubuhnya dengan daun. Mengapa? Karena malu.
Malu melihat auratnya sendiri, dan malu kepada Tuhannya.
Dan di situlah, menurut saya, lahir peradaban manusia pertama kali.
Sebelum mengenal teknologi, bahasa, dan kekuasaan, manusia telah lebih dulu mengenal batas — itulah yang disebut adab. Rasa malu adalah benih pertama dari adab, dan adab adalah akar dari seluruh peradaban.
Bangsa yang memiliki peradaban sejati adalah bangsa yang beradab.
Semakin tinggi peradabannya, seharusnya semakin tinggi pula adabnya.
Namun kini, kita hidup di zaman yang serba terbalik: adab ditinggalkan, malu dianggap kuno, dan kesopanan sering kalah oleh popularitas.
Kita malu miskin, tapi tidak malu mencuri.
Malu ditegur, tapi tidak malu menipu.
Malu kalah, tapi tidak malu berbuat curang.
Ironisnya, semakin sering kita menyebut diri “bangsa beradab”, semakin tampak rendah rasa malu kita.
Banyak yang berpidato tentang moral, tapi tangan yang sama lihai mengutak-atik anggaran.
Ada yang berbicara soal kejujuran, tapi tak malu menutup-nutupi kebenaran.
Kita berpakaian rapi, berpendidikan tinggi, tapi sering kali telanjang rasa malunya.
Kalimat “dasar tak beradab” yang dulu sering diucapkan orang tua, kini terdengar asing — barangkali karena banyak yang sudah tak bisa membedakan antara modern dan tak tahu malu.
Padahal, ukuran sejati sebuah bangsa bukan seberapa tinggi gedungnya, tapi seberapa dalam rasa malunya.
Mungkin jika Adam dan Hawa menatap dunia hari ini, mereka akan tertegun.
Bukan karena manusia telanjang, tapi karena manusia kini telanjang rasa malunya.
Kita hidup di zaman yang penuh pakaian, tapi kehilangan daun pertama yang dulu menjadi tanda lahirnya peradaban.
Dan jika malu adalah definisi peradaban, maka mudah menilai siapa kita sebenarnya:
Bangsa yang mengaku tinggi peradabannya, tapi rendah adabnya — sesungguhnya sedang berjalan mundur, kembali ke masa sebelum manusia pertama kali tahu malu.
#AwalPeradaban #RasaMalu #MuhamadZen #RenunganPublik #FilsafatSosial #Adab #PeradabanManusia












