Rekomendasi B1-KWK Golkar untuk Eks PDIP Ramadian Tuai Badai: Kader Teriak, Marwah Partai Dipertaruhkan

DETIKBABEL.COM, BANGKA – Pilkada Ulang Kabupaten Bangka 2025 belum dimulai, namun konflik internal sudah lebih dulu membara, terutama di tubuh Partai Golkar. Gonjang-ganjing koalisi antara Partai Golkar dan Partai NasDem yang mengusung duet Rato Rusdianto sebagai calon bupati dan Ramadian alias Jendol sebagai calon wakil bupati, telah memicu badai penolakan dari para kader murni Partai Golkar Bangka. Rabu (25/6/2025). 

Kekecewaan ini bukan tanpa alasan. Ramadian — yang sebelumnya dikenal sebagai kader PDIP dan pernah mencalonkan diri sebagai wakil bupati pada Pilkada lalu namun kalah dari kotak kosong — kini tiba-tiba muncul sebagai usungan resmi dari Partai Golkar. Bahkan disebut-sebut telah masuk daftar pengusulan B1-KWK ke DPP Partai Golkar.

> “Ini pelecehan terhadap kader murni yang selama ini sudah berdarah-darah membesarkan Golkar di Bangka,” tegas salah satu kader senior Partai Golkar yang kecewa, dan meminta agar suaranya disampaikan ke DPP.

Para kader menyebut bahwa selama penjaringan internal Pilkada yang dilakukan DPD Golkar Kabupaten Bangka, banyak kader murni yang telah menyatakan kesiapannya untuk maju, baik sebagai calon bupati maupun calon wakil bupati. Namun nama-nama mereka justru disingkirkan, dan yang diusung malah sosok yang dinilai ‘menumpang kendaraan’ demi kepentingan sesaat.

Ketum yang kami hormati, tolong dengarkan suara akar rumput. Kami ini bukan sekadar mesin suara, kami ini tulang punggung partai. Jangan dikorbankan demi kompromi politik elitis yang mengabaikan struktur,” lanjutnya.

 

Suara Partai Lebih Besar, Tapi Golkar Cuma Wakil?

Yang juga memicu amarah para kader adalah fakta bahwa pada Pemilu Legislatif 2024 lalu, Partai Golkar memperoleh suara lebih tinggi daripada Partai NasDem di Kabupaten Bangka. Namun anehnya, dalam koalisi yang sedang dibangun, posisi calon bupati justru diberikan kepada kader NasDem, sedangkan Golkar ‘rela’ menempati kursi wakil — dan itupun bukan dari kader asli partai.

> “Ini keputusan yang mengkhianati logika politik dan suara rakyat. Suara kita lebih besar, mestinya kita usung calon bupati dari kader sendiri. Bukan malah menyerah dan ikut di belakang,” ujar salah satu Ketua PK Golkar dari daerah pemilihan di Bangka Tengah.

Ia juga mempertanyakan apa sebenarnya kontribusi Ramadian terhadap Partai Golkar, mengingat dirinya baru berpindah partai, dan rekam jejaknya justru dinilai tidak membanggakan karena kalah melawan kotak kosong dalam Pilkada sebelumnya.

> “Apa prestasinya? Apa sumbangsihnya kepada Golkar? Kami ini punya kader yang sudah lama loyal, punya basis massa, dan siap bertarung. Tapi justru kami disuruh jadi penonton,” keluhnya.

 

DPP Diminta Tidak Buta Politik Daerah

Surat rekomendasi B1-KWK dari DPP Golkar memang belum diumumkan secara resmi, namun kabar bahwa nama Ramadian akan diusung sudah cukup membuat gelombang protes besar-besaran dari kader di tingkat bawah. Mereka meminta Ketua Umum Bahlil Lahadalia untuk tidak menutup mata dan segera mengevaluasi rekomendasi yang tidak merepresentasikan kehendak internal partai.

> “Jangan sampai Golkar hanya jadi kendaraan politik bagi mereka yang hanya datang saat Pilkada. Ini partai besar, bukan ojek politik,” ucap seorang kader perempuan yang juga aktif di organisasi sayap Golkar.

Para kader bahkan telah mengirimkan pesan khusus ke DPP yang isinya sangat jelas:

1. Menolak pencalonan Ramadian karena bukan kader murni Partai Golkar dan tidak memiliki kontribusi nyata bagi partai di tingkat daerah.

2. Menuntut Golkar sebagai partai dengan suara terbanyak di Kabupaten Bangka harus mengusung calon bupati sendiri, bukan hanya wakil.

3. Meminta evaluasi terhadap keputusan Ketua DPD Golkar Provinsi Babel yang dianggap membuat manuver yang merugikan eksistensi partai di daerah.

> “Kami tidak anti kerja sama, tapi bukan dengan mengorbankan marwah partai dan menginjak-injak kader sendiri,” ujar seorang Ketua Kecamatan Golkar lainnya.

 

Risiko Pecah Kongsi dan Turunnya Loyalitas

Jika DPP Partai Golkar tetap memaksakan keputusan ini tanpa mendengar suara kader, maka bukan tidak mungkin akan muncul pembangkangan politik dari struktur bawah. Potensi pecah kongsi sangat terbuka, bahkan beberapa kader dikabarkan telah menyiapkan skenario ‘Plan B’ untuk memberi dukungan ke pasangan lain yang lebih mengakomodasi kader murni Golkar.

> “Kalau partai tidak butuh kami, kami juga tahu ke mana harus melangkah. Kami ini bukan hamba partai, kami ini pejuang,” ujar salah satu kader yang enggan disebut namanya.

Mereka juga mengingatkan bahwa dukungan akar rumput adalah elemen vital dalam kemenangan Pilkada. Tanpa militansi kader, mustahil mesin partai bekerja maksimal. Jika para kader memilih diam atau bahkan ‘melawan dari dalam’, maka Pilkada bisa menjadi panggung kekalahan Partai Golkar di Bangka.

> “Ini bukan ancaman, ini peringatan. Jangan mainkan perasaan kader,” pungkas seorang loyalis Golkar di Sungailiat.

 

Di Persimpangan Jalan

Partai Golkar di Kabupaten Bangka kini berada di titik kritis. Keputusan yang diambil DPP akan menentukan nasib dan kepercayaan kader terhadap struktur partai. Apakah Golkar akan tegak dengan marwahnya sendiri, atau runtuh karena kompromi sesaat yang mengorbankan jati diri partai?

Para kader menunggu. Waktu terus berjalan. Dan suara perlawanan dari bawah kini tak bisa lagi dibungkam. (KBO Babel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *